DenpasarViral.com, Badung – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengunjungi Gallery NFT pertama di Indonesia yaitu Superlative Secret Society yang terletak di daerah Legian – Bali.
Dalam kunjungannya, Erick Thohir mengungkapkan bahwa kolaborasi anak-anak muda saat ini terbukti sudah cukup mampu dan jeli dalam melihat perkembangan zaman.
Erick Thohir juga berkesempatan menjadi pembicara dalam “a Day with Erick Thohir” dengan tema “Ngobrol santai seputar Web3 Innovation & masa depan Digital Indonesia” bersama Ketua Umum ICCN Kang Fiki Satari, serta NFT enthusiasts & simpul komunitas kreatif seperti Adam (Pendiri Sperlative Secret Society), Galeri Zen1, NFT & Digital yaitu Vonzealous Ponti, Hamka Art, Gus Agung Gunarthawa (CEO Bali BITHUB), dan masih banyak lagi
Menurut Erick, dalam sesi ngobrol santai ia mengatakan, “Melihat perkembangan digitalisasi saat ini, popularitas NFT terbilang sedang hype di kalangan masyarakat Indonesia. NFT, Blockchain, Metaverse dan keseluruhan Web3 ini seperti dunia baru dengan sistem ekonomi baru yaitu ekonomi digital. Hal ini harus di perhatikan khusus dan di antisipasi.” Katanya.
“Oleh karena itu, saya mengapresiasi kolaborasi yanh di gawangi oleh empat anak muda Indonesia ini.” Tambah Erick.
Ia menambahkan kembali, “Anak muda ini harus bisa menciptakan lapangan kerja baru di dunia digital art, khususnya ekosistem baru di dunia pariwisata Bali, untuk membantu ekonomi Indonesia.” Tambanya.
Superlative Secret Society sendiri di pelopori oleh empat anak muda Indonesia, yakni Prasetyo Budiman, Arief Wijaksana, Adam Adha, dan Faatih Rifqi.
Erick Thohir mengungkapkan, “Superlative Secret Society ini merupakan sebagai wadah dalam menciptakan pekerjaan dan bisnis baru, yang menuntuk anak muda Indonesia untuk Tech-Savvy dalam menghadapi era disrupsi digital kedepannya.” Ungkapnya.
Dalam kunjungannya di Superlative Secret Society, Erick Thohir mendapatkan kejutan dari para seniman-seniman lokal dalam bentuk karya seni digital yang menyerupai dirinya. Karya tersebut merupakan karya dari Schieva Indonesian Digital Fashion & Clo3d Designer, Trizal Maja Labs, Evekoss dan Raka Jana.
Disinggung terkait karya Fine Art, dan sistem NFT, Erick Thohir menjelaskan, “antara Offline dan Online saya tidak yakin seratus persen semuanya akan online, tetapi sinergisitas antara online dan offline tetap terjadi.” Jelasnya.
Ia juga menambahkan, “Nantinya etabiru atau blueprint kedepan akan terjadi konvergensi. Apakah mungkin ketika kita mengkoleksi sebuah lukisan, yang memang sebuah legacy dari sejarah indonesia, bisa tidak lukisan itu di NFT’kan, ya bisa, tergantung kesepakatan daripada lukisan tersebut. Mungkin bisa aja tetap lukisannya milik si koleltor, tetapi kalau di NFT‘kan, keluarganya tetap mendapatkan.” Tambahnya. (PA/WS/DV).