DenpasarViral.com, Denpasar – Kreativitas pemuda STT Tunas Muda Sidakarya setiap tahunnya memberikan karya-karya yang unik dan berbeda melalui karya ogoh-ogohnya.
Pada tahun caka 1944 kali ini, STT Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati kembali membuat karya yang unik, dimana karya ini merupakan rasa kegelisahan para pemuda di situasi pandemi yang sedang terjadi saat ini.
Ketua STT Tunas Muda, I Putu Ade Widyantara mengatakan, “Tema ogoh-ogoh kali ini mengambil tema Grubug, yang dimana berawal dari kegelisahan kita di STT menilai situasi saat ini, khususnya pandemi covid-19 karena telah membelenggu seluruh sektor-sektor kehidupan, seperti sektor keagamaan, sektor pendidikan, peternakan, pertanian, dan khususnya pada sektor kesehatan itu sendiri yang paling miris. Ada satu karakter yang kita aplikasikan dengan beberapa sektor-sektor kehidupan”, Katanya.
Ia Juga menambahkan, “Satu karakter ini mewakili seluruh sektor-sektor kehidupan seperti: Genta – Sektor Keagamaan, Lontar – Sektor Pendidikan, Pancingan – Sektor Perikanan, Cangkul – Sektor Pertanian, Suntikan – Sektor Kesehatan dan ditambah Rantai yang menandakan virus-virus yang berkeliaran di situasi ini. Secara keseluruhan rantai virus ini memasung seluruh sektor kehidupan”, tambahnya.
Pada tahun 2015 pemerintah Kota Denpasar mengeluarkan syarat ketentuan dalam lomba ogoh-ogoh, yaitu terkait dengan ogoh-ogoh dibuat dengan bahan ramah lingkungan hal itulah yang membuat STT Tunas Muda terapresiasi dan bersemangat untuk terus berkarya.
Menurut Ade Widyantara, “Dari tahun ke tahun hingga saat ini pengalaman yang kami dapatkan dengan bahan ramah lingkungan ini sangat baik dalam bekerja team, karena didalam pemasangan bahan ramah lingkungan, memang sangat sulit, tetapi tingkat kerumitan tersebut rata-rata teman-teman di STT dapat mengerjakan. jadi ketika ada teman ke Banjar mereka bisa mengerjakannya”.
Ia juga menjelaskan mengapa menggunakan bahan arang dalam ogoh-ogoh saat ini, “Sesuai dengan konsep kita di awal, kita membuat ogoh-ogoh dengan warna dominan hitam, hitam itu kita aplikasikan sebagai simbol keterpurukan, merupakan siklus kehidupan saat ini sedang berada di garis terbawah hingga saat ini. Dari warna hitam yang kita pilih timbulah beberapa bahan-bahan, dan kita dapatkan arang, arang ini ssesuai dengan konsep yang kita angkat, luluh lantah atau hancurnya seluruh sektor-sektor kehidupan, anggaplah arang ini merupakan bekas bekas pembakaran batok kelapa. tapi jika kita melihat lebih dalam ibaratkan gunung merapi yang seusai mengeluarkan laharnya, ya memang menimbulkan bencana-bencana tapi harapan kita kedepan dari arang atau hasil letusan gunung api kita bisa kembali lagi, tanah bisa subur lagi, kehidupan bisa normal kembali, dan sektor-sektor kehidupan tidak terbelenggu lagi”, Jelasnya.
Ada yang unik dari ogoh-ogoh kali ini menggunakan masker, dimana ini merupakan konsep dari pandemi, dan masker juga memiliki hal positif yang banyak seperti menghindari dari debu, polusi, dan di masa pandemi ini masker merupakan protokol utama yang wajib digunakan saat berpergian.
Masker yang digunakan pada ogoh-ogoh ini merupakan masker baru, karena minimnya informasi terkait SOP apa yang harus dilaksanakan untuk mensterilisasi limbah-limbah masker yang digunakan masyarakat.