DenpasarViral.com, Denpasar – Bekerja merupakan salah satu cara manusia untuk bertahan hidup. Dengan bekerja, Anda bisa mendapatkan gaji atau uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membeli barang yang diinginkan.
Menariknya, ternyata ada beberapa orang yang memiliki fobia terhadap pekerjaan atau tempat kerja. Kondisi ini dikenal dengan istilah ergophobia. Jika dibiarkan begitu saja, kondisi ini dapat menyebabkan masalah keuangan dan stres pada penderitanya.
Apa itu ergophobia?
Ergophobia adalah kondisi yang membuat orang mengalami ketakutan atau kecemasan tidak masuk akal terhadap pekerjaan. Fobia ini bisa muncul sebagai kombinasi dari ketakutan akan gagal menyelesaikan pekerjaan, berbicara di depan umum, hingga bersosialisasi dengan rekan kerja.
Istilah ergophobia sendiri berasal dari bahasa Yunani, “ergon: dan “phobos”. Ergon punya arti “pekerjaan”, sedangkan “phobos” berarti fobia atau ketakutan. Orang yang menderita fobia ini umumnya sadar bahwa ketakutan yang mereka rasakan tidak rasional, tetapi kesulitan untuk mengontrolnya.
Ada beberapa gejala yang menjadi tanda seseorang mengalami ergophobia. Gejala tersebut dapat memengaruhi kondisi fisik maupun psikologis penderitanya. Beberapa gejala yang bisa saja muncul ketika orang dengan fobia ini memikirkan atau berhadapan dengan pekerjaan, di antaranya:
* Sakit perut
* Berkeringat
* Sakit kepala
* Sesak napas
* Serangan panik
* Tubuh terasa nyeri
* Peningkatan detak jantung
* Menghindari pekerjaan atau tempat kerja
* Ketakutan atau kecemasan berlebihan terhadap tempat kerja maupun pekerjaan
* Sadar bahwa ketakutan yang dirasakan tidak masuk akal namun sulit mengendalikannya
Perlu diingat, gejala yang diderita oleh masing-masing penderitanya mungkin akan berbeda satu sama lain. Untuk mencari tahu kondisi yang mendasarinya, berkonsultasilah ke dokter apabila merasakan gejala-gejala di atas.
Sama seperti fobia pada umumnya, penyebab ergophobia hingga kini belum diketahui secara pasti. Meskipun begitu, ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi dalam berkembangnya kondisi ini dalam diri seseorang.
Faktor-faktor yang dapat menjadi pemicunya, antara lain:
* Genetik
Genetik menjadi salah satu yang dapat berkontribusi dalam berkembangnya fobia pekerjaan. Apabila orangtua Anda menderita ergophobia, kemungkinan anak-anaknya mengidap kondisi serupa akan semakin besar.
* Pengalaman traumatis
Pengalaman traumatis yang pernah dialami penderitanya dapat menyebabkan ergophobia. Sebagai contoh, Anda sebelumnya sering menerima perlakuan buruk dan tak adil di tempat kerja, baik dari atasan maupun rekan kerja. Pengalaman kurang mengenakkan itu kemudian mengembangkan rasa takut untuk kembali bekerja.
* Sesuatu yang dipelajari
Fobia pekerjaan bisa terjadi sebagai sesuatu yang dipelajari. Anda yang sebelumnya merasa tidak masalah untuk bekerja dapat menderita ergophobia usai mendengar cerita soal orang-orang yang diperlakukan tidak adil dan semena-mena di tempat kerja.
Untuk mengatasi fobia pekerjaan, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan. Dokter biasanya akan merekomendasikan penderitanya untuk melakukan terapi, memberikan obat-obatan, atau mengombinasikan kedua pengobatan tersebut. Berikut ini sejumlah cara mengatasi ergophobia:
1. Terapi perilaku kognitif
Dalam terapi perilaku kognitif, ahli kesehatan mental akan membantu untuk mengidentifikasi apa yang menjadi pemicu ketakutan. Setelah teridentifikasi, Anda kemudian akan diajarkan untuk merespon ketakutan tersebut dengan cara yang positif.
2. Terapi pemaparan
Melalui terapi pemaparan, Anda akan dipaparkan dengan pemicu ketakutan. Pemaparan ini akan dilakukan secara bertahap, misalnya mulai dari menonton video orang bekerja hingga terjun langsung melakukan pekerjaan. Dalam terapi ini, penderitanya akan diajarkan teknik relaksasi untuk meredakan gejala fobia.
3. Konsumsi obat-obatan tertentu
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita ergophobia, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan tertentu . Beberapa obat yang mungkin diresepkan seperti antidepresan dan obat anti-kecemasan.
4. Menerapkan teknik relaksasi
Menerapkan teknik relaksasi dapat membantu mengurangi tingkat keparahan gejala. Sejumlah tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan meliputi pernapasan dalam, meditasi, yoga, hingga berolahraga. (DH/WS/DV).