DenpasarViral.com, Denpasar – Apakah kalian pernah mengalami situasi dimana kalian tiba – tiba melupakan satu kata tertentu, meski kata tersebut telah terlintas samar – samar dalam otak kalian sehingga membuat kalian sontak berkata, “Apa ya sebutannya? Duh, udah diujung lidah banget, nih!” Kebanyakan dari kalian pasti pernah mengalami fenomena tersebut setidaknya sekali, kan?
Misalnya ketika kalian sedang asyik berbicara tiba – tiba saja kalian lupa akan kata yang hendak diucapkan dan malah menyebabkan kesunyian yang canggung karena kalian sedang berusaha mengingat kata tersebut? Padahal kalian sudah tahu arti dan deskripsinya, tetapi kata itu malah tak kunjung terucap? Tentu saja hal ini terasa tak nyaman saat kita sedang antusias membahas sesuatu, bukan?
Ternyata, fenomena ini ada istilahnya, loh! Dalam dunia psikologi, terdapat suatu fenomena dimana kita melupakan suatu kata tertentu saat kita sedang berbicara, fenomena ini pun disebut dengan istilah lethologica atau juga dikenal dengan fenomena tip of the tongue.
Nah, sebenarnya bagaimana fenomena ini bisa terjadi, ya? Apakah ada bagian memori dalam otak kita yang sedang mengalami gangguan sementara? Yuk, kenali lebih dalam tentang fenomena lethologica dengan menyimak penjelasan berikut ini!
Istilah lethologica berasal dari bahasa Yunani Klasik, yaitu lethe yang memiliki arti pelupa dan logos yang artinya kata. Namun, kebanyakan orang lebih mengenal istilah lethologica ini dengan sebutan tip of the tongue phenomenon atau fenomena diujung lidah karena kata yang terlupakan sudah terlintas, tetapi mengalami masalah saat akan mengucapkannya.
Menurut Roger Brown dan David McNeill (1966), fenomena ini merupakan fase dimana seseorang tidak mampu mengingat suatu kata tertentu, tetapi mampu mengingat arti atau definisinya.
Biasanya seseorang juga mengingat beberapa huruf dari kata tersebut, baik huruf depan, huruf belakang ataupun huruf vokalnya saja. Fenomena ini dapat terjadi pada siapa saja baik dari kalangan muda, dewasa maupun lanjut usia dan juga dialami dalam berbagai bahasa.
Gollan & Acenas (2004) juga menyatakan bahwa fenomena lethologica ini lebih sering dialami oleh mereka yang bilingual dan multilingual atau menguasai lebih dari satu bahasa dibandingkan dengan yang monolingual atau pengguna satu bahasa. Hal ini terjadi karena kosa kata yang mereka ketahui cenderung lebih beragam sehingga kata – kata yang tersimpan di memori mereka pun lebih banyak.
Saat fenomena ini terjadi, ada tipe orang yang akan sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri untuk menemukan kata yang terlupa dan ada pula yang memutuskan untuk menggunakan kata lain sebagai alternatif dari kata yang dilupakan tadi. Namun, keduanya tetap akan menimbulkan rasa tidak nyaman seakan ada yang mengganjal bila tidak berhasil menemukan kata yang terlupakan tersebut.
Lalu, bagaimana fenomena ini bisa terjadi?
Seperti yang kita ketahui, otak manusia merupakan ranah yang sangat kompleks dan rumit. Sama halnya dengan pengucapan kata tertentu dari memori kita. Brown dan McNeill (1966) yang meneliti fenomena tip of the tongue mengatakan bahwa fenomena ini terjadi ketika seseorang berusaha untuk mengingat kembali suatu kata, tetapi terhalang oleh kata – kata lain yang mengakibatkan gagalnya proses mengingat kembali kata tersebut.
Secara sederhana, fenomena ini terjadi ketika otak kita mampu mengakses informasi mengenai arti dari suatu kata, tetapi gagal dalam mengakses suara atau bunyi dari kata itu sendiri, karena sinyal yang diambil otak mengalami penyimpangan sehingga suatu kata menjadi terlupakan dan tidak dapat terucap.
Pada beberapa kasus, fenomena ini juga disebabkan oleh salah satu proses dalam berbahasa, yaitu lexical retrieval yang mengalami gangguan. Proses lexical retrieval ini diartikan sebagai sebuah proses untuk mengubah suatu arti atau makna tertentu menjadi sebuah kata yang hendak diucapkan.
Dunlosky dan Metcalfe (2009) mengungkapkan fenomena ini secara metakognitif, yang mana ketika seseorang gagal untuk mengingat suatu kata, proses metakognitif pun aktif dan mengirim informasi tentang berhasil tidaknya seseorang itu mengingat kata tersebut.
Selain itu, peneliti berpendapat bahwa bagian neocortex dalam otak yang berfungsi dalam mengolah bahasa juga berhubungan dengan fenomena ini dan bisa saja sedang mengalami gangguan sementara atau kelelahan sehingga menyebabkan kita melupakan kosa kata tertentu dan terjadilah fenomena lethologica atau tip of the tongue phenomenon ini.
Pada seorang bilingual atau multilingual, ketika fenomena ini terjadi mereka cenderung mengingat kata yang ingin diucapkan tersebut dalam bahasa lain yang memiliki arti serupa.
Jadi, fenomena lethologica ini ditandai dengan kemampuan untuk mengidentifikasi suatu kosa kata yang hendak diucapkan, baik itu artinya, ciri – cirinya, huruf tertentu bahkan jumlah hurufnya, tetapi mengalami kesulitan saat akan mengucapkannya. Fenomena ini juga normal dan umum terjadi di kalangan manapun.
Oleh karena itu, ketika mengalami fenomena ini, kita tidak perlu khawatir karena hal ini merupakan hal yang umum dan sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari. Ketika sedang dihadapi dengan fenomena lethologica ini terutama saat situasi yang genting, ada baiknya bila kita mengatasinya dengan mencari kata alternatif yang memiliki makna ataupun pengucapan yang serupa dengan kata yang hendak kita ucapkan.
Disamping itu, ternyata fenomena lethologica ada sisi baiknya juga, loh!Melalui fenomena ini, secara tidak langsung otak kita dapat terlatih untuk mempertajam ingatan terhadap suatu kata dengan membentuk petunjuk khusus yang berhubungan dengan kata tersebut. Sehingga di lain waktu akan lebih mudah untuk mengingat kata tersebut saat hendak mengucapkannya. (DH/WS/DV).