DenpasarViral.com, Denpasar – Pernah merasa terganggu dengan suara tertentu, misalnya suara orang mengunyah makanan? Setiap mendengar suara tersebut, perasaan menjadi tidak nyaman dan merasa ingin meluapkan rasa kesal? Jika iya, bisa jadi kamu mengidap penyakit yang disebut dengan misophonia.
Gangguan ini diartikan sebagai kondisi di mana seseorang membenci suara tertentu. Pengidap gangguan ini umumnya merasa terganggu dan benci terhadap suara spesifik. Hal itu kemudian menyebabkan tubuh bereaksi dan menimbulkan respon otomatis alias fight or flight response. Artinya, tubuh akan bereaksi dan mengeluarkan respon saat mendengar suara-suara tertentu, entah menjadi marah, merasa terganggu, atau tidak nyaman.
Apa Penyebab Misophonia?
Pengidap misophonia akan merasa terganggu atau bereaksi saat mendengar suara tertentu, seperti suara orang mengunyah makanan, mendecakkan lidah, bersiul, dan lain-lain. Uniknya, pengidap gangguan ini tidak akan merasa terganggu jika suara-suara tersebut keluar dari tubuh sendiri atau diciptakan sendiri.
Hingga kini, masih belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang bisa mengalami kondisi ini. Kebanyakan misophonia terjadi begitu saja, tanpa ada peristiwa khusus yang mendasari. Meski begitu, ada sebuah penelitian yang menemukan bahwa ada kesamaan antara misophonia dan tinnitus.
Kedua gangguan pada telinga ini disebut berkaitan dengan koneksi berlebihan yang terjadi antara sistem auditori dan sistem limbik, sehingga menimbulkan reaksi berlebihan terhadap suara tertentu.
Selain suara orang mengunyah makanan, ada jenis suara lain yang bisa menjadi pemicu misophonia. Pengidap gangguan ini seringnya merasa terganggu dengan suara mendecakkan lidah, suara seseorang memainkan pulpen, suara detak jam, suara berfrekuensi rendah, suara bersiul, suara langkah kaki, hingga suara anjing menggonggong.
Saat pengidap misophonia mendengar suara yang mengganggu, reaksi emosional biasanya akan muncul. Ada beberapa jenis reaksi yang bisa muncul, mulai dari perasaan tidak nyaman, stres atau gugup, marah, frustasi, takut, merasa kesal, terganggu, panik, hingga merasa berada di bawah tekanan atau terjebak dalam situasi yang buruk.
Sebagian orang mungkin menganggap kondisi ini sepele, tetapi bisa sangat mengganggu dan melelahkan bagi pengidapnya. Bagi mereka yang mengalami gangguan misophonia, berada di keramaian dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, bahkan merasa takut. Sebab, ada kemungkinan orang tersebut akan mendengar suara yang tidak disukai. Alhasil, pengidap gangguan ini mungkin akan menghindari undangan makan bersama atau acara yang dihadiri banyak orang.
Memaksakan diri berada di tengah suara yang dibenci adalah hal yang sebaiknya dihindari. Sebab, hal ini bisa menyebabkan pengidap misophonia merasa tertekan dan berujung pada depresi. Dampak yang lebih parah juga dapat terjadi, misalnya menyerang seseorang yang ada di dekatnya atau orang yang menjadi sumber suara.
Sayangnya, belum ada pengobatan khusus yang dapat benar-benar menyembuhkan misophonia, tetapi terapi tetap perlu diberikan. Tujuannya untuk membantu mengurangi gejala dari misophonia. Selain terapi dan konseling dengan psikolog, kondisi ini juga bisa diatasi dengan menggunakan penyumbat telinga atau mendengarkan musik menggunakan earphone jika harus berada di keramaian yang mungkin menimbulkan suara pemicu misophonia. (DH/WS/DV).