DenpasarViral.com, Denpasar – Mau meluapkan segala amarah hingga ingin mengeluarkan segala bentakan, eh yang keluar malah air mata! Kenapa, sih, kita bisa menangis saat marah?
Dilansir dari Psychology Today, menangis saat marah merupakan formula pahit. Orang yang mengalaminya tak hanya merasakan kesal atau marah, tetapi juga kesedihan yang mendalam. Ketika dia berusaha menjelaskan apa yang membuatnya tersinggung, air matanya ikut keluar.
Bila Anda sampai membuat seseorang marah sampai menangis, itu menandakan bahwa perbuatan yang telah Anda lakukan sangat menyakitkan, dan si “korban” tak bisa melakukan apa-apa lagi (helpless dan hopeless).
Sebenarnya, tak cuma wanita yang bisa merasakan kondisi ini, pria pun bisa. Hanya saja, lebih jarang. Tahu sendiri, kan, sejak kecil pria diajarkan untuk tidak boleh menangis, sesusah apa pun kondisinya? Jadi, kalau pun emosinya benar-benar sudah di atas kepala, dia tetap akan menahan tangisannya. Alhasil, mata mereka terlihat memerah. Intinya, ini bisa dialami oleh pria dan wanita meski mayoritas wanita yang mengalaminya.
Orang yang benar-benar marah umumnya juga ingin berteriak, memukul, menghancurkan benda-benda sekitar, atau ingin menyakiti sesuatu. Ya, seram memang, tapi hal itu bisa terjadi ketika emosi negatif sedang memenuhi hati.
Karena tak bisa melakukan itu semua (karena logika masih berjalan dan mampu menahan), ujung-ujungnya semuanya dialihkan ke air mata. Anda akan marah besar sampai menangis kencang. Ini biasanya akan bikin tubuh sangat lelah setelahnya.
Nyatanya, menangis merupakan hal pertama yang dilakukan seseorang saat terlahir ke dunia ini. Karena bayi belum bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, maka menangis jadi cara satu-satunya untuk berkomunikasi. Perilaku ini terbawa sampai dewasa.
Menangis dapat pula dianggap sebagai bentuk komunikasi non-verbal yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian atau bantuan dari orang lain. Saat individu melihat individu lainnya menangis, dengan refleksnya mereka menangkap perilaku tersebut sebagai tanda adanya kesedihan atau kesulitan. Jadi, soal tangis-menangis, itu adalah hal lumrah yang memang sudah dilakukan sejak dulu.
Hal itu disetujui pula oleh Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog. Marah sampai menangis adalah cara meluapkan emosi yang sehat dan tak perlu malu untuk melakukannya. “Orang yang habis marah-marah sambil nangis pasti setelah itu dia akan jauh lebih tenang. Makanya, kondisi tersebut bisa dianggap juga sebagai bentuk pertahanan diri. Menangis itu memang ampuh bikin relaks. Kalau cuma marah-marah saja, biasanya belum lega,” jelas Ikhsan.
Bagaimana Cara Kendalikan Tangis saat Marah Besar?
Menangis saat marah merupakan puncak emosi seseorang. Ketika sudah sampai di titik itu, kita cenderung lega. Kalau kita menahannya, kondisi tersebut justru dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Contoh yang paling nyata, yakni jadi susah tidur, mudah tersinggung, dan susah berkonsentrasi. Ikhsan menyarankan, kondisi ini tidak perlu terlalu dikendalikan, apalagi sampai dipaksa.
Kalau ingin sedikit lebih dikendalikan, Anda bisa melakukan beberapa langkah, antara lain:
* Menarik napas dalam saat rasa menggebu-gebu hadir.
* Luapkan emosi ke dalam sebuah jurnal atau karya lainnya.
* Berolahragalah saat emosi negatif menyerang.
* Bila ingin yang lebih menenangkan, bisa lakukan meditasi sambil mendengar suara-suara alam, air, atau musik bernada lembut.
* Tontonlah video-video lucu.
* Sebisa mungkin, menjauhlah dari hal-hal yang bikin Anda bersedih atau marah.
Menangis saat marah bukanlah sebuah kesalahan. Semua manusia, baik wanita, pria, anak-anak, ataupun lansia, semua punya hak dan cara masing-masing untuk meluapkan emosi. Mulai sekarang, jangan merasa lemah, cengeng, dan malu kalau menangis saat marah. (DH/WS/DV).