DenpasarViral.com, Denpasar – Pernahkah Anda melihat orang yang sepertinya menjadi tuli saat dipanggil atau diajak bicara saat sedang asyik dengan ponsel? Tahukah Anda bahwa ini sebenarnya bukan dengan sengaja mereka lakukan.
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Neuroscience pekan ini, menemukan bahwa orang yang fokus pada tugas visual seperti menggunakan ponsel akan kesulitan untuk mendengarkan apa yang terjadi di sekeliling mereka.
Kondisi ini disebut peneliti sebagai masalah pendengaran : ketulian tak disengaja.
“Anda mungkin berpikir orang yang menggunakan ponsel tidak mempedulikan Anda,” kata penulis penelitian Nilli Lavie, profesor psikologi dan ilmu tentang otak di University College London. “Namun sebenarnya itu terjadi karena otak mereka tak bisa merespon suara Anda. Jadi jangan tersinggung.”
Semakin banyak tugas visual yang dilakukan, semakin sulit orang mendengar suara disekelilingnya. Inilah mengapa, kata Lavie, orang yang membaca di kereta api atau kendaraan sering terlewat dari untuk turun di tempat tujuan karena tak mendengar saat tujuan diumumkan.
Hal ini pula mengapa para ahli bedah harus punya asisten untuk mendengarkan punyi alat-alat penyangga hidup pasien saat mereka membedah tubuh pasiennya. “Mereka pasti akan fokus pada operasi hingga tak bisa mendengarkan alarm dari alat-alat lain,” kata Lavie seperti dikutip Today.
Contoh lain dari Lavie, saat Anda sedang rapat dan mencoba berbicara dengan orang yang sedang memperhatikan data atau laporan, jangan berpikir bahwa mereka akan langsung mendengar apa yang Anda katakan.
Lavie dan koleganya menduga, otak mungkin punya masalah saat harus melakukan multitasking, saat salah satu tugas membutuhkan konsentrasi tinggi.
Kepada 13 orang relawan penelitian Lavie dan timnya mengatakan bahwa mereka hanya akan melihat reaksi relawan terhadap waktu. Relawan diminta untuk menatap layar komputer dan menekan tombol saat huruf tertentu muncul di layar. Dalam versi tersulit, huruf khusus itu sendiri hanya akan muncul dalam waktu kurang dari seperempat detik. Ada kalanya huruf tertentu itu muncul bersamaan dengan huruf lain. Sementara versi termudah, huruf khusus itu akan muncul sendirian ditambah dengan lingkaran-lingkaran.
Para relawan menggunakan headphone yang secara periodik memperdengarkan nada tertentu.
“Saat tugas termudah, kami bisa melihat otak memberikan sinyal bahwa mereka bisa mendengar nada itu,” kata Lavie. “Saat soal tersulit, kami melihat ada penurunan sinyal di cortex auditori.”
Menurut Lavie alasan kita tak bisa melakukan multitasking antara pendengaran dan penglihatan adalah karena kedua menggunakan bagian otak yang sama. Yakni bagian otak yang berhubungan dengan cortex yang tugasnya adalah untuk mengintegrasikan semua informasi yang masuk.
“Faktanya kemampuan pendengaran akan termatikan saat manusia terlaku fokus pada tugas yang membutuhkan kemampuan pendengaran adalah sebuah aset,” kata Dr. Peter Whybrow, seorang psikiatris dan direktur di Semel Institut for Neuroscience and Human Behavior di University of California, Los Angeles dan penulis buku The Well-Tuned Brain: Neuroscience and the Life Well Lived.
“Otak bekerja dengan berganti-ganti dari satu tugas ke tugas lainnya,” kata Whybrow. “Otak tidak bekerja dengan mengerjakan dua hal yang sama pada suatu waktu, sebagaimana disebut dalam penelitian ini.
Satu-satunya cara yang membuat otak bisa melakukan dua hal bersama adalah saat manusia terbiasa melakukannya. “Otak bisa bekerja dengan luar biasa efisien dengan 80 persen dilakukan karena kebiasaan, “ kata Whybrow.
“Dan kebiasaan adalah sistem yang sangat berbeda dalam hal sistem penghubungan sel-sel saraf dibanding dengan kegiatan yang dilakukan dengan kesadaran. Jika saya sedang berjaan ditaman sembari berbicara via telepon, saya tak perlu berpikir tentang bagaimana harus berjalan.” (DH/WS/DV).
