DenpasarViral.com, Denpasar – Beralih atau move on setelah mengakhiri relasi dengan pasangan tak selalu mudah. Kadang sebagian dari Anda diam-diam masih mencari tahu atau stalking media sosial sang mantan. Salah satunya Facebook. Ada studi ilmiah yang menelisik alasan di balik seseorang masih stalking Facebook mantan.
Ketika mulai mencari tahu atau stalking kehidupan baru mantan, Anda mendadak bakal menyerupai seorang detektif. Mulai dari menelusuri foto-foto teranyar dengan pacar barunya hingga memeriksa statusnya.
Mengapa, meskipun Anda bersumpah tak akan memeriksa Facebook mantan namun ada bagian kecil dari diri Anda yang tak bisa menyangkal rasa ingin tahu tersebut. Mungkinkah ini cemburu atau sekadar rasa ingin tahu?
Secara sains, rasa penasaran adalah salah satu perilaku manusia. Dikutip dari Your Tango, Kevin Wise dari University of Missouri mencoba memecahkan petunjuk tersebut menggunakan sensor EMG wajah. Saat terhubung ke otot mata, sensor ini mendeteksi tingkat reaksi positif yang berasal dari rangsangan visual.
Dalam eksperimen sosial tersebut, ia mendokumentasikan dengan cermat aktivitas Facebook lebih dari 30 orang. Dia menemukan, sebagian besar peserta menggunakan Facebook untuk mencari di halaman teman-teman dan mantan dari teman, mengenai informasi-informasi ‘kejutan’.
Wise menyimpulkan, alasan mengapa sebagian dari Anda menghabiskan banyak waktu untuk menjelajahi laman Facebook mantan adalah karena memperoleh kepuasan emosional yang instan. Ia melihat, pencarian sosial di Facebook jadi bentuk ikatan emosional.
Namun begitu psikolog dari Brunel University di Inggris, Tara C. Marshall belum bisa menerima kesimpulan tersebut. Bagaimanapun, ia memperingatkan, terus-menerus terobsesi dengan kehidupan mantan kekasih akan merugikan kesehatan Anda.
Marshall melakukan penelitian dengan menganalisis aktivitas Facebook 464 peserta setelah putus. Studi ini menguji hipotesis bahwa, orang yang tetap berteman di Facebook dengan mantan pasangan akan mengalami penyesuaian dan pertumbuhan yang lebih buruk dibanding mereka yang tidak.
Aktivitas mantan pasangan yang terlihat di Facebook berdampak negatif terhadap upaya penyesuaian kondisi setelah putus. Ironisnya, Marshall mencatat bahwa ada korelasi langsung antara jumlah waktu yang dihabiskan peserta di halaman Facebook mantan dengan peningkatan level tekanan emosional.
Ia juga menemukan bahwa ada penurunan harga diri dan pertumbuhan pribadi, yang hanya membuktikan bahwa stalking Facebook mantan tak seharusnya Anda lakukan. Sebab aktivitas ini justru akan melelahkan secara emosional.
Seolah tak cukup meyakinkan untuk meletakkan telepon genggam atau meninggalkan laptop, dengan semua platform media sosial yang mudah diakses dengan ujung jari Anda, mengawasi orang-orang di masa lalu telah membuat Anda ketagihan.
Jadi, Marshall meminta Anda mengingat-ingat, mantan menjadi masa lalu karena suatu alasan. Jangan biarkan hal simpel dan polos seperti stalking membawa Anda ke kecanduan lantas tak bisa lepas. (DH/WS/DV).