DenpasarViral.com, Denpasar – Sehari setelah Hari Raya Saraswati atau Redite (Minggu) Paing, Wuku Sinta disebut dengan Banyu Pinaruh. Banyu Pinaruh adalah upacara yadnya yang bertujuan untuk pembersihan dan kesucian diri.
Banyu Pinaruh yang berasal kata dari
Banyu berarti air, Pinaruh atau Pengeruwuh berarti pengetahuan
Sarana pelaksanaan Banyu Pinaruh menggunakan air kembang (kumkuman). Kumkuman itu dibawa ke tempat-tempat sumber air seperti pancuran, segara, sungai, beji yang diyakini sebagai tempat penyucian atau peleburan mala atau kotoran batin. Di situ umat Hindu membersihkan diri, keramas dan mandi.
Tetapi secara filosofis Banyu Pinaruh bermakna menyucikan pikiran dengan menggunakan air ilmu pengetahuan, sebagaimana diuraikan dalam pustaka Bagavadgita sebagai berikut:
”Abhir gatrani sudyanti manah satyena sudayanti.”
Artinya, badan dibersihkan dengan air sedangkan pikiran dibersihkan dengan ilmu pengetahuan.
Itu berarti, Banyu Pinaruh bukanlah hanya datang berkeramas atau mandi ke pantai atau sumber air. Tetapi, prosesi itu bermaksud membersihkan kekotoran atau kegelapan pikiran (awidya) yang melekat dalam tubuh umat dengan ilmu pengetahuan, atau mandi dengan air ilmu pengetahuan.
Hal itu sesuai dengan Bagavadgita IV.36 yang berbunyi:
”Api ced asi papebhyah, sarwabheyah papa krt tamah, sarwa jnana peavenaiva vrijinam santarisyasi.”
Artinya, walau engkau paling berdosa di antara manusia yang memiliki dosa, dengan perahu ilmu pengetahuan, lautan dosa akan dapat engkau seberangi.”
Itu artinya Banyu Pinaruh bukan hanya bermakna simbolis belaka, tetapi sesuai dengan ajaran Hindu. ”Melalui mandi dan keramas menggunakan air ilmu pengetahuan, akan terbebas dari lautan kebodohan dan dosa,” (DH/PA/DV)