Badung Bali

Pameran Tunggal Apel Hendrawan Pamerkan Karya Lukis Bernuansa Spiritual

DenpasarViral.com - Seniman Apel Hendrawan saat berfoto disamping karya lukisannya saat pembukaan pameran tunggal, rabu (27/01/2021).

DenpasarViral.com, Badung – Seniman Wayan ‘Apel’ Hendrawan (46) menggelar pameran tunggal kelimanya yang bertajuk ‘Into the Secret of Cosmic Energy’.

Pameran tersebut digelar di Galeri Zen1, Tuban, Kuta, Bali, mulai dari tanggal 27 Januari hingga 9 Februari 2021.

Pameran tunggal dengan tajuk ‘Into the Secret of Cosmic Energy’ ini resmi dibuka oleh Wayan Suardana dikenal dengan Gendo yang merupakan teman akrab Apel Hendrawan. Dalam sambutan pembukaannya ia mengatakan “Ini pelukis atau balian, karena setiap lukisannya terdapat aksara Bali. Kalau orang-orang memahami aksara bali mungkin secara tidak sengaja jika digabung dalam beberapa lukisannya kalau di gabung dasa aksaranya itu ada disini. Jika berbicara  dasa aksara itu memang energynya luar biasa, kalau melihat atau mengkoleksi lukisan Jero Apel kita akan merasakan aura yang berbeda.” Katanya.

Sebanyak 15 karya bercirikhaskan spiritualisme Bali ditampilkan di pameran ini yang diketahui mulai dikerjakannya sejak awal 2020.

Menurut seniman yang juga bertugas sebagai pendeta (Pemangku) di Bali ini, tema tersebut dipilih untuk menggambarkan isi dari kekuatan, karakteristik diri manusia dan alam semesta (Bhuana Alit dan Bhuana Agung) yang banyak menyimpan rahasia indah, jauh di atas itu juga tentang kemahakuasaan Tuhan. Hal tersebut kemudian yang mengilhami Jro Apel – sapaan akrabnya – untuk memilih tema berbau kosmis ini.

“Sebelum saya mengambil tema figur wanita dengan mata terpejam, dan seiring berjalannya waktu bergeser ke bentuk kosmik seperti figur dewata, alam, dan binatang. Tapi, dengan tidak meninggalkan ciri khas seperti guratan-guratan atau aksen aksara Bali (rerajahan),” ungkap lelaki yang gemar melukis sejak kelas 4 SD itu.

Apel Hendrawan yang akrab disapa Jero Apel menambahkan, “Di situasi pandemi ini saya banyak diam dirumah dan membuat beberapa karya disamping kegiatan saya sebagai pemangku, serta kemarin sempat ada peningkatan pewintenan dari pewintenan saraswati dan dasa guna. Setelah ada pewintenan itu saya banyak mendapat ide-ide untuk berkarya, makanya sekarang karya yang saya tampilkan kental dengan gaya spiritualnya.” Tambahnya.

Lukisan Jro Apel cenderung bergaya ekspresionis dengan ciri khas penggunaan aksara Bali sebagai aksennya. Ia mengaku tugasnya sebagai Pemangku yang digelutinya sejak 2008 itu cukup mempengaruhi periode gaya melukisnya yang kini bergeser ke arah spiritualis.

Ia juga menjelaskan bahwa aksara Bali itu merupakan perwakilan dari pikiran, “kita kan tidak bisa membahasakan dengan dituangkan secara langsung, makanya kita memakai dalam bentuk-bentuk aksara yang seolah-olah itu yang menceritakan, jika di bali itu disebut dengan modre, hanya si pembuat saja yang bisa mengetahui.” jelasnya.

Menurut Jero Apel, pesal yang di tanam dalam tema ini merupakan ajakan kepada masyarakat walaupun ditengah situasi pandemi kita harus selalu sinstropeksi diri serta melihat keadaan agar mulai bisa berpikir untuk dunia spiritual dan lebih peduli lagi dengan alam-alam yang kita tempati serta mempercayai penuh lagi kekuatan-kekuatan gaib dan mistis yang ada.

Sementara itu, Arif Bagus Prasetyo, seorang Kurator Seni Rupa didapuk untuk menguratori karya-karya yang akan dipamerkan Jro Apel. Terpilihlah sekitar 12 karya dengan kisaran dimensi 100 hingga 300cm. Dalam esai yang ditulisnya, Arif menjabarkan banyak hal yang ditemuinya dalam seni lukis Wayan Apel Hendrawan, salah satunya mengenai hal mencengangkan semacam kebetulan atau takdir yang seperti diramalkan Jro Apel melalui karya-karyanya.

“Beberapa tahun silam, Apel tergerak melukis gunung meletus. Ketika lukisan itu dipamerkan di Jerman, Gunung Agung meletus. Kemudian, awal tahun lalu, Apel terdorong membuat ogoh-ogoh “Sang Hyang Penyalin” yang diyakini sebagai simbol penolak bala. Tidak lama kemudian, pagebluk Covid-19 melanda dunia. Mungkin dua kejadian itu kebetulan belaka, mungkin tidak,” tulis Arif di salah satu alinea akhir esainya.

Dalam acara pembukaan pameran ini juga turut hadir seniman/aktris/penyanyi Ayu Laksmi dengan penampilan live performancenya di dalam lobby Galeri Zen1 yang mengajak Jero Apel untuk duduk tampil bersama di atas batu yang bercahaya sembari memainkan alat musiknya.

Ayu Laksmi mengungkapkan ia merasa senang sekali telah diberi kesempatan untuk berbagi ruang dan berbagi riang sesuai dengan konsep hidupnya karena ia merasa satu frekuensi dengan Bli Mangku Jero Apel.

Sebelum menjadi seperti sekarang, kehidupan Jro Apel penuh gejolak. Perjalanan hidupnya diabadikan di sebuah buku bertajuk ‘Resurrection’ yang ditulis oleh Richard Hortsman dan Wayan Seriyoga Parta. Seniman yang tinggal di Sanur ini juga telah menggelar empat pameran tunggal, di antaranya, di Gabrig Gallery, Miami (1989), “Resurrection” From Darkness into Light di Santrian Gallery, Sanur (2013), “Resurrection II” serangkaian APEC di Nusa Dua Beach Hotel (2013), dan “Resurrection III” Sabda Pertiwi di Messehale, Hamburg, Jerman (2017). (PA/DV)

Related posts

Cocok Diletakkan di Kamar Tidur, 7 Tanaman Ini Bisa Bantu Tidur Lebih Nyenyak

admin

Instagram Hapus Aplikasi Boomerang dan Hyperlapse dari App Store dan Google Play

admin