DenpasarViral.com, Denpasar – Mencuri atau mengambil barang milik orang lain tanpa izin menjadi istilah yang dilekatkan pada pengidap kleptomania. Padahal, keduanya bukan hal yang sama. Ada perbedaan yang signifikan antara kleptomania dan pencuri, yang bisa menunjukkan bahwa sebenarnya pengidap kleptomania bukanlah pencuri.
Sebenarnya, apa sih perbedaannya?
Pencuri adalah seseorang yang mengambil barang atau apa saja yang tidak menjadi haknya. Ini termasuk ke dalam tindakan kriminal, dan mereka yang melakukannya memiliki tujuan, seperti misalnya karena faktor ekonomi.
Tindakan pencurian biasanya diikuti dengan kekerasan jika sang pencuri tidak berhasil mendapatkan yang diinginkannya. Jika korban melakukan perlawanan, pelaku tidak segan untuk menyakiti korbannya. Barang yang dicuri juga beragam, mulai dari uang, sepeda, kendaraan bermotor, hingga perhiasan.
Sementara itu, kleptomania adalah kondisi yang membuat seseorang mengalami dorongan untuk mengambil barang yang tidak diperlukan untuk digunakan secara pribadi. Benda ini sering diambil meski biasanya tidak terlalu diperlukan, dan cenderung berakhir di tempat sampah setelah diambil.
Pengidap merasa sangat tegang, adrenalin keluar dengan kencang sebelum melakukan tindakannya. Tetapi, perasaan lega terasa ketika benda yang diinginkan sudah berada dalam genggaman. Tindakan ini tidak dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan, balas dendam, bukan pula sebagai tindakan tanggapan delusi atau halusinasi.
Terkadang, pelaku kleptomania menyimpan benda yang telah diambilnya. Pada beberapa kasus, benda tersebut dikembalikan secara diam-diam. Secara sederhana, di balik rasa lega yang terasa, pengidap juga merasa tertekan atau bersalah setelah mengambil barang tersebut. Inilah mengapa, tak jarang pada akhirnya barang tadi dikembalikan.
Apa yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Kleptomania?
Pada dasarnya, kleptomania sering dilakukan oleh wanita. Pengidap sering juga memiliki riwayat kelainan psikologi lainnya, seperti depresi, bipolar, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan makan, dan gangguan kontrol impuls lainnya. Ada bukti yang menghubungkan gangguan kejiwaan ini dengan jalur neurotransmitter di otak yang terkait dengan kecanduan perilaku, termasuk kaitannya dengan sistem serotonin, dopamin, dan opioid.
Ada pula para ahli yang beranggapan kleptomania adalah bagian dari spektrum gangguan obsesif-kompulsif, karena adanya bukti bahwa kelainan ini ada hubungannya dengan gangguan suasana hati, seperti misalnya depresi.
Apa yang Dilakukan untuk Mengatasinya?
Tindakan pengobatan untuk kleptomania mencakup kombinasi antara medis dan terapi. Konseling bisa dilakukan dalam bentuk kelompok atau perseorangan, biasanya ditujukan untuk menangani masalah psikologis yang mendasari dan ada kaitannya terhadap perbuatan mengambil barang yang dilakukan.
Sementara itu, pengobatan medis dilakukan dengan pemberian inhibitor reuptake serotonin selektif dengan tujuan untuk meningkatkan kadar serotonin pada otak. Selain itu, dokter juga akan meresepkan naltrexone yang bisa membantu untuk mengurangi kesenangan atau dorongan yang terkait dengan tindakan kleptomania. (PA/DV)