DenpasarViral.com, Denpasar – Hari Buda Wage Klawu atau Buda Cemeng merupakan hari yang disucikan oleh Umat Hindu. Di mana hampir seluruh umat Hindu khususnya di Bali pada hari Buda Cemeng ini merayakan hari Pemujaan Bhatara Rambut Sedana atau juga dikenal sebagai Dewi Laksmi, yang melimpahkan kemakmuran dan kesejahteraan.
Upacara Buda Cemeng ini jatuh pada hari Rabu Wage wuku Klawu yang diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali.
Ditinjau dari Filosofinya dapat dilihat dalam kekawin Nitisastra IV.7 ada dinyatakan sebagai berikut: Singgih yan tekaning yuganta kali tan hana lewiha sakeng mahadhana. Tan waktan guna sura pandita widagdha pada mengayap ring dhaneswara.
Artinya: kalau zaman kali sudah datang tidak ada yang lebih bernilai daripada uang. Sudah susah dikatakan para ilmuwan, pemberani, orang suci maupun orang yang kuat semuanya pelayan orang kaya.
Dari sumber Susastra Hindu tersebut di atas dapat dipahami bahwa uang itu pada hakikatnya adalah sarana bukan tujuan hidup. Arta bukanlah satu satunya sarana dan tujuan hidup agama Hindu sebagaiana diketahui Agama Hindu memiliki Empat Tujuan Hidup yang disebut Catur Purusha Arta yang meliputi Dharma, Artha, Kama Dan Moksa. Keempat Tujuan Hidup tersebut harus dilaksanakan berlandaskan Dharma.
Karena begitu berkuasanya uang di zaman Kaliyuga, orang Bali senantiasa diingatkan untuk bisa mengendalikan dirinya dalam memandang, memaknai, memperlakukan serta mencari uang. Pada Hari Buda Wage Klawu atau Buda Cemeng Orang Bali juga diingatkan untuk mengelola uangnya secara arif dan proporsional.
Dalam kitab Sarasamuscaya disebutkan, harta kekayaan, termasuk uang yang didapat hendaknya dibagi tiga. Sepertiga buat memenuhi keperluan hidup (kama), sepertiga buat diinvestasikan atau diputar lagi (arta) sehingga menjadi terus bertambah. Sisanya sepertiga lagi mestilah didermakan, di-yadnya-kan (dharma).
Dalam lontar Sundarigama disebutkan, Buda Wage Kliwon yang disebut juga Buda Cemeng Kelawu merupakan saat memuja Batari Rambut Sadana, sang Dewi penguasa atas uang. Saat itu diyakini sebagai saat beryoganya Batari Rambut Sadana. Dalam tradisi agama Hindu di Bali, “Batara Rambut Sedana” dipuja sebagai “Dewi Kesejahteraan” yang menganugerahkan harta kekayaan, emas-perak (sarwa mule), permata dan uang (dana) kepada manusia.
Kegiatan peringatan “Sri Sedana” yang lazim disebut “Rambut Sedana” merupakan hari raya atau odalan bagi uang maupun nafkah yang telah dianugerahkan Tuhan Yang Mahaesa kepada umat Manusia.
Dilihat dari arti katanya yaitu “Sri” artinya beras, dan “Sedana” artinya uang atau dengan kata lain bagian dari nafkah, maka perayaannya dilakukan di lingkungan rumah tangga dan juga pura di lingkungan desa adat. Bahkan di Pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, juga terdapat Pura Rambut Sedana yang merupakan hulu dari Pelinggih Rambut Sedana atau sering disebut Sri Sedana yang ada di merajan keluarga di Bali.
Menurut adat istiadat umat Hindu di Bali meyakini Ida Betari Rambut Sedana/Dewi Laksmi sedang melaksanakan yoga dan di percaya juga pada hari ini tidak diperbolehkan menggunakan uang untuk hal-hal yang sifatnya tidak kembali berupa wujud barang, misalnya membayar hutang atau menabung, karena dipercaya uang/kekayaan tersebut nantinya tidak dapat kembali selamanya dan menghilang oleh sifat tamak/serakah kita sebagai manusia. (PA/DV).